BERAUONLINE.COM, TANJUNG REDEB – Puluhan ekor babi milik peternak di Kampung Maluang dan Paribau, Kecamatan Gunung Tabur, mati secara massal. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kaltim, bersama Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Berau pun langsung turun kelapangan untuk mencari tahu penyebab kematian massal tersebut.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kabid Keswan dan Kesmavet) Distanak Berau, I Putu Setion mengatakan, sejak laporan awal pada 10 Mei 2021 lalu, saat ini babi yang mati sudah mencapai 62 ekor babi di empat RT yang berada di Maluang dan Paribau.
“Disana ada 647 populasi di Kampung Maluang dan Paribau,” bebernya.
Pada awal laporan tersebut, Distanak segera mengirimkan dokter hewan ke lokasi. Dokter kemudian memberi obat, namun ternaknya sudah loyo. Ia menduga, penyebab sementara kematian massal hewan ternak tersebut karena terserang virus Hog Cholera. Kendati memerlukan penanganan lebih lanjut, pihaknya bekerja sama dengan provinsi untuk mengambil sampel darah agar penyakit dapat diantisipasi serta mengurangi angka kematian.
“Itu masih dugaan sementara, sambil menunggu sampelnya,” paparnya.
Jika memang virus tersebut yang menyerang, lanjut Putu, maka ini baru yang pertama kali muncul di Bumi Batiwakkal. Namun, ia belum bisa memastikan, karena masih akan dilakukan pemeriksaan dari laboratorium.
“Untuk memastikan kondisi hewan ternak babi selalu dikontrol dan dipisahkan untuk sementara waktu,” katanya.
“Kami berharap agar tidak benar dugaan virus tersebut, akan segera ditindaklanjuti lagi bagaimana penanganannya,” tutupnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kaltim, Siti Saniatun Saadah yang juga merupakan dokter hewan menjelaskan Hog Cholera juga disebut sebagai demam babi yang cukup serius dan fatal.
“Ini baru pertama bagi kami di Kaltim, kami sangat fokus untuk menangani ini. Jika angka kematian terus bertambah banyak, maka dari sisi ekonomi, peternak bisa mengalami kerugian yang sangat banyak,” bebernya.
Meski begitu, Hog Cholera masih menjadi dugaan sementara saja. Sebab, masih ada 3 dugaan penyakit lainnya salah satunya yang disebabkan oleh bakteri. Sementara ini antisipasi yang diperingatkan kepada peternak berupa untuk segera membersihkan diri setelah menangani ternak babi, dan jangan mencampur ternak yang sakit.
Siti melanjutkan, dari pihaknya mulai mencari sebab musabab nya melalui wawancara dengan peternak dan pengambilan sampel yang diharapkan bisa cepat keluar. Mereka menduga bisa jadi virus ditemukan melalui pakan dan produk daging babi yang terkontaminasi. Penularan juga dapat terjadi melalui proses perpindahan ternak yang terinfeksi.
“Setelah hasil keluar melalui sampel darah, segera akan ditindak lanjuti bagaimana penanganannya. Yang terpenting angka kematian populasi harus sangat ditekan,” tandasnya..
Dikonfirmasi secara terpisah, Sekretaris Kampung Maluang, Agus mengatakan, penuturan dari pemilik ternak di Rt 5, babi mereka tidak mau makan, dan setelah beberapa hari, ditemukan puluhan ekor babi sudah mati. Pihaknya mengaku langsung melaporkan kejadian tersebut ke Distanak Berau.
“Sudah kami laporkan,” katanya.
Agus juga mengimbau kepada warga sekitar untuk tetap menjaga kebersihan, dan jika hendak ke kandang babi tersebut, agar menggunakan sarung tangan dan masker. Agus menegaskan, bahwa, untuk anak-anak sebaiknya jangan dahulu bermain di sekitar lokasi.
“Ini untuk jangka pendeknya, karena masih menunggu hasil, apa penyebab kematian dari babi tersebut,” jelasnya.
Penulis: Sofy
Editor: Tim